Thursday, December 12, 2013

Membelah Selat Boleng, Menantang Arus ‘Watowoko’

Membelah Selat Boleng, Menantang Arus ‘Watowoko’
Dengan menumpang perahu ‘ketinting’ perjalanan menuju Desa Boleng, sungguh menaikkan adrenalin.
TULISAN ini sebenarnya hanya sebuah refleksi dari perjalanan saya ke Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Senin (9/12/2013) lalu. Tepatnya hari Minggu siang sekitar pukul 13.30 wita, saya ditelepon oleh salah satu Redaktur FBC, Benyamin Tukan, yang mengabarkan tentang kematian sahabat Bernardus Kopong Gana (BKG), reporter FBC yang bermukim di Desa Wato Ona, Adonara.
Bung Ben, begitu Bung Benyamin Tukan akrab disapa, kala itu meminta saya untuk mewakili semua kru media floresbangkit.com melayat jenazah almarhum BKG. Permintaan itu segera saya sanggupi, dan berjanji untuk ke Adonara pada keesokan harinya, karena pelayaran Lewoleba-Adonara pada jam itu tidak ada.
Namun demikian, saya baru menyadari jika kapal penumpang untuk rute Senin pagi, jadwal keberangkatannya dari Pelabuhan Larantuka menuju Waiwerang Pulau Adonara dan berlanjut ke Lembata.

Lansekap Desa Boleng dari lautan. Foto: FBC/Yogi Making
Pelayaran pagi dari Pelabuhan Lewoleba dilayani oleh dua kapal cepat, yakni KM Ina Maria dan KM Fantasi. Itu pun dua kapal cepat ini tidak menyinggahi Pelabuhan Waiwerang. Dua kapal ini, hanya melayani pelayaran Larantuka-Lewoleba.
Tak Pupus
Kondisi sulit ini tidak membuat tekad saya untuk melayat jenazah sobat tercinta, Almarhum Bernardus Kopong Gana, pupus. Saya terus berusaha untuk bisa mendapatkan pelarayan ke Adonara.
Tak kehilangan akal, bersama seorang sahabat, kami lalu menuju Desa Waijarang, Kecamatan Nubatukan. Menurut informasi, dari Waijarang biasanya selalu ada perahu nelayan yang bisa disewakan menuju Desa Boleng, Kecamatan Ile Boleng, Adonara, Kabupaten Flores Timur.
Sekitar 20 menit lama perjalanan menuju Kampung Waijarang. Dan ternyata benar, di sana sudah ada nelayan yang sedang menunggu. Begitu tiba di pantai, kami langsung ditawari menumpang perahu bermesin ketinting ke Pantai Boleng, dengan ongkos angkut sebesar Rp. 150 ribu.
“Bisa muat dengan sepeda motor, biasanya orang bayar kami dengan Rp. 150 ribu, kalau mau kita jalan sekarang,” kata Syukur, lelaki yang saya taksir berumur sekitar 25 tahun itu.
Setelah sepakat dengan harga yang ditawarkan, sepeda motor kami langsung diusung ke dalam perahu mereka. Sepeda motor diletakkan paling tengah dari perahu dengan panjang kurang lebih 3 meter itu. Setelah memastikan posisi sepeda motor aman, kami lalu disuruh untuk naik ke perahu dan siap berlayar.
Mesin ketinting bermerk Donfeng lalu dihidupkan. Syukur tak lupa mengajak serta seorang sahabatnya, dengan maksud saat tiba di pantai tujuan, mereka bisa saling membantu menurunkan sepeda motor yang kami bawa.
Sebenarnya, pelayaran ini menjadi pelayaran perdana saya ke Adonara dengan menumpang perahu kecil seukuran perahu nelayan. Sungguh, pelayaran ini memacu adrenalin saya. Betapa tidak? Selat Boleng yang akan kami lewati, terkenal dengan arus yang kencang. Untuk kapal-kapal berukuran besar saja, terkadang sulit melewati selat yang terkenal dengan arus Watowokonya itu. Namun demikian, dua nelayan ini meyakinkan kami, kalau perjalanan kami akan aman.

Dengan perahu 'ketinting' membelah Selat Boleng. Foto: FBC/Yogi Making
“Aman bang, kami sudah biasa melintas, jadi kami bisa hitung arus. Kadang arus kencang saja kami pergi dan pulang aman-aman saja. Cuma setengah jam sudah sampai di Boleng,” ujar Syukur sang juru mudi.
Saat naik, kami berdua memang sengaja memilih tempat paling belakang. Selain luas, kami bisa lebih leluasa berceritera sepanjang perjalanan. Yah..setidaknya itulah aktivitas yang bisa kami lakukan di atas perahu super kecil untuk ukuran laut dengan arus yang kencang itu.
Syukur kepada kami menuturkan, perjalanan antar pulau untuk menjemput dan menghantar penumpang, sudah menjadi rutinas semua nelayan di Waijarang, terutama yang memiliki perahu bermotor. Jika lagi beruntung, penghasilan dari kerja sampingan itu bisa mencapai Rp. 300 ribu per hari.
Desa Indah
Tak terasa perjalanan kami semakin menjauh, Kampung Waijarang terlihat samar-samar. Saya sadar betul, jika kami sudah memasuki daerah dengan arus kencang, namun Syukur sang nelayan dan sahabatnya itu tampak santai. Goncangan perahu karena arus sudah dianggap biasa.
Jantung saya terasa berdebar semakin kencang. Dalam hati, saya hanya berdoa semoga kami aman dalam pelayaran, dan tiba dengan selamat ke tempat tujuan untuk bertemu jenazah sobat BKG.
Menit-demi menit kami lewati, walau diyakinkan akan aman dalam perjalanan, namun rasa was-was terus saja menghantui pikiran saya. Karena segala kemungkinan buruk, bisa terjadi kapan saja. Sehebat apapun, kita tentu tak mampu melawan kekuatan alam.
Waktu terus saja berputar, tak terasa kami sudah tiba di Pantai Boleng, pantai yang berhiaskan bebatuan hitam dan hanya sedikit pantainya yang berpasir, tempat kami melabuhkan perahu.
Desa Boleng, yang terkesan gersang ternyata sangat indah jika dipandang dari laut. rumah-rumah terusun rapi mengikuti arah kemiringan bukit. Setidaknya, sedikit keindahan Desa Boleng itu, bisa menghilangkan rasa was-was saya.
Dan ketika haluan perahu milik nelayan Syukur menyentuh pasir, dan kaki menginjak dasar laut, spontan saya berucap, “Tuhan, terima kasih. Engkau sudah menyelamatkan kami dalam perjalanan, dan mengizinkan kami melihat jenazah sobat BKG”. (*)
Penulis: Yogi Making
Editor: E. Pudjiachirusanto
Related Posts:

Kapal Motor Elhasar II Tenggelam Di Pelabuhan Lewoleba
Pelayaran Lembata ke Flores Timur Dihentikan Sementara
2 Nelayan Waijarang Menghilang Saat Melaut
Pantai Palo Larantuka, Alternatif Penyeberangan ke Pulau…
Berlayar dengan Feri, Pilihan Paling Tepat





- See more at: http://www.floresbangkit.com/2013/12/membelah-selat-boleng-menantang-arus-watowoko/#sthash.eKj6hAuj.dpuf

Thursday, December 5, 2013

DENAH: DERMAGA SADA DI PULAU ADONARA


Semoga pembangunan dermaga Sada ini membuat mobilitas orang dan barang antar pulau/ antar kota terus mengalami perbaikan. Ekonomi semakin bergairah menjadi sebuah keniscayaan buat masyarakat di Nusa Tadon Adonara, Tanah Nuha Nebon.

Wednesday, December 4, 2013

Pagi ini, Gubernur Dijadwalkan Tiba di Adonara

Pagi ini, Gubernur Dijadwalkan Tiba di Adonara
ADONARA, FBC-Pagi ini, Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan wakil Gubernur Benny Alexander Litelnony, bersama rombongan akan dijemput warga masyarakat khusususnya sejumlah besar warga di Kecamatan Witihama, di Dermaga Ferry Sada, sekitar tapal batas Kecamatan Witihama dan Kecamatan Ile Boleng, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Persiapan penjemputan itu sudah dilakukan beberapa hari sebelumnya. Namun jalur penjemputan mengalami beberapa perubahan tak disengaja.

Sebelumnya, 1 Agustus lalu, rapat panitia memutuskan akan menjemput Frenly (sebutan untuk Pasangan Frans Lebu Raya dan Benny Alexander Litelnony) di pintu masuk Kecamataan Witihama di Desa Lamablawa, dengan beberapa upacara yang sudah tersusun.

Frenly ketika dijemput warga Desa Watoone, di Kenapa One, Watoone, Kecamatan Witihama, beberapa waktu lalu, sebelum pelantikan. (Foto: FBC/kopong gana)

Namun kedatangan Frenly melalui Dermaga Sada mengubah banyak susunan acara. Hal ini sebagaimana yang diingatkan Ketua 1 Panitia Pelaksana Syukuran Pelantikan Fransiskus Rawa Gana, bahwa panitia hanya merancang namun tetap disesuaikan dengan protokoler gubernur. ‘’Saya beritahukan dari sekarang, supaya nanti kalau ada banyak perubahan atau ada acara yang terpaksa tak bisa jalan, kita jangan sampai kecewa,’’ tegas Rawa Gana waktu itu.

Adapun jalur penjemputan yang baru sesuai rencana terbaru, Frenly akan dijemput di Dermaga Sada pagi-pagi buta, kemudian dari Sada langsung menuju pintu gerbang Desa Watoone dan disambut sejumlah warga masyarakat dari berbagai desa se Kecamatan Witihama maupun daerah lain yang sudah ditentukan, dan juga disambut tarian Hedung. ‘’Langsung ke Desa Watoone, tak singgah-singgah lagi,’’ kata sumber dari keluarga. (bkg)
Related Posts:

Ribuan Warga Sambut Gubernur dan Wakil Gubernur
Gubernur Disambut Haru dan Bahagia di Gerbang Desa Watoone
Gubernur dan Wakil Gubernur Bertolak ke Kupang
Panitia Syukuran Mulai Dibentuk
Warga Watoone Sambut Kemenangan Frenly

- See more at: http://www.floresbangkit.com/2013/08/pagi-ini-gubernur-dijadwalkan-tiba-di-adonara/#sthash.YVB9jSmn.dpuf

Ribuan Warga Sambut Gubernur dan Wakil Gubernur

Ribuan Warga Sambut Gubernur dan Wakil Gubernur
ADONARA, FBC- Tadi pagi, Jumat, (9/8), sekitar pukul 07.30 Wita , Ferry Ile Boleng yang mengantar Frenly menuju Desa Watoone, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), merapat di Dermaga Sada, perbatasan kecamatan Witihama dengan Ile Boleng.

Rombongan Gubernur Frans Lebu Raya dan Wakil Gubernur Benny Litelnoni beserta isteri dan keluarga, langsung disambut sejumlah pejabat di jajaran Pemerintah Kabupaten Flores Timur, termasuk Bupati Yoseph Lagadoni Herin beserta isteri.

Sementara itu, di gerbang menuju Dermaga Ferry Sada, ribuan masyarakat tumpah ruah memenuhi tempat itu. Mereka langsung menyerbu ke tengah dan berjabatan tangan dengan gubernur dan wakil gubernur setelah upacara penyambutan secara resmi dilakukan di tempat itu, baik warga dari Ile Boleng maupun Witihama.

Tak ada pengawalan terlampau ketat, meski terlihat banyak pula aparat berseragam yang dikerahkan mengamankan penjemputan itu.

Upacara penjemputan di dermaga baru ini dilaksanakan dalam suasana penuh kekeluargaan. Bahkan ibu-ibu dan bapak-bapak yang hari itu baru berangkat ke kebun dan menyaksikan keramaian, menahan langkah sebentar seraya menyapa penuh keakraban .

Debu beterbangan menutupi udara, namun semua itu tak mengurangi rasa bangga bercampur haru menyambut putra Lewo Tanah yang kini pulang ke kampung setelah pelantikan di Kota Kupang beberapa waktu lalu.

Rombongan langsung bergerak menuju Watoone, namun sempat tertahan di Desa Riang Duli. Inilah “budi adat” anak Lewo Tanah, saling tegur dan sapa satu sama lain.

Gubernur dan Wakil Gubernur diminta singgah sesaat sebelum meneruskan perjalanan ke Desa Watoone.

Setelah dikalungi selendang dari hasil tenunan warga setempat dan ritual adat yang tak berlangsung lama, rombongan meneruskan perjalanan menuju Desa Watoone, tempat akan dilangsungkannya ucapara syukuran pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT. (bkg)
Related Posts:

Gubernur Disambut Haru dan Bahagia di Gerbang Desa Watoone
Pagi ini, Gubernur Dijadwalkan Tiba di Adonara
Gubernur dan Wakil Gubernur Bertolak ke Kupang
Frans dan Benny Disambut Hangat di Tobi Puken
Besok Frenly Syukuran, Hari Ini Kantor Gubernur Terbakar

- See more at: http://www.floresbangkit.com/2013/08/ribuan-warga-sambut-gubernur-dan-wakil-gubernur/#sthash.cWAHigvF.dpuf

Belum Tuntasnya Jalan Menuju Sada

Belum Tuntasnya Jalan Menuju Sada
WITIHAMA, FBC-Tak hanya dermaga Sada yang belum tuntas, jalan menuju Dermaga Sada, belum juga mulus seluruhnya. Meski jalan menuju dermaga itu mulai dari sekitar Desa Riang Duli sudah dihotmiks, perjalanan selanjutnya menuju dermaga sungguh jauh dari kata layak.

Dan itu bukan baru kemarin, tapi sejak setahun bahkan lebih dari itu ketika baru ada rencana membangun sebuah dermaga ferry di Sada. Bahkan konon beberapa calo tanah sudah aktif memainkan perananannya “mengurus” kebun warga di tempat itu.

Namun malang sekali nasib para calo kesiangan ini. Karena orang Adonara di sekitar tempat ini ternyata tak mudah dikibuli. Kecuali tanah milik Pemda Flores Timur yang telah berdiri planknya di tengah kebun jambu mete.

Kembali ke kondisi jalan yang amburadul menuju Dermaga Sada. Jalan yang sebelumnya aspal lapen, namun aspalnya telah “terbang” entah kemana itu, menyisakan kerikil yang berhamburan ditambah lubang di sana-sini.

Sejauh ini memang belum sampai mencelakakan orang, tapi sejumlah warga masih lebih memilih lintas Waiwerang Witihama-Keluba Golit melalui jalan atas, kecuali jika keadaan sangat memaksa. Misalnya, peristiwa perang antar kampung yang sampai menghambat perjananan warga melalui jalan atas.

Dermaga Sada yang hampir rampung dibagun.(Foto: FBC/kopong gana)

Di sisi lain, pantauan FBC menunjukan, dermaga Sada yang dibangun itu nyaris rampung. Hanya saja ketika terjadi gelombang cukup besar, air meluber hingga ke badan dermaga. Bahkan di tengah dermaga sekitar jalan masuk, berubah menjadi genangan-genangan mirip kolam kecil yang menyulitkan bagi warga untuk melintasinya sekadar melihat dari dekat dermaga yang bakal menjadi urat nadi pergerakan ekonomi masyarakat Pulau Adonara di jalan bawah itu.

Sada memang tak hanya sekadar dermaga tempat akan berlabuhnya kapal. Di tengah kondisinya yang belum benar-benar rampung, Sada sudah banyak peminat.

Sada seketika berubah mirip tempat wisata. Sejumlah anak muda yang sedang suntuk memanfaatkannya untuk memancing. Sada yang masih cukup asli masih menyisakan ikan dalam jumlah cukup besar.

Jika lagi mujur, maksudnya, kondisi laut memungkinkan karena angin dan gelombang tak seberapa besar, ikan tak hanya sekadar dibakar dan dinikmati di tempat itu tapi juga dibawa pulang saking banyaknya.

”Semuanya sudah bagus, tapi kita ingin jalan ini segera dirampungkan. Jika boleh, tuntaskan yang satu dulu baru disambung di tempat lain. Ini kok kerjanya sepotong-sepotong. Sepotong di Sada, sepotong lagi di Waiwerang, sepotong lagi di Boru, yang lain lagi di Adonara Barat, kapan selesainya,” tanya Paron, salah seorang warga yang melepas lelah menikmati pemandangan di Sada sambil memancing. (Kopong Gana)




Related Posts:

Beberapa Ruas Jalan di Adonara Mulai Di-Hotmix
Pagi ini, Gubernur Dijadwalkan Tiba di Adonara
Ula Goe, Tak Ada Aspal yang Tersisa
Ribuan Warga Sambut Gubernur dan Wakil Gubernur
Gubernur dan Wakil Gubernur Bertolak ke Kupang