SADA DERMAGA KAPAL FERRY DI PULAU ADONARA
Saturday, May 3, 2014
Sebentar lagi, Pantai Lagaloe Bakal Dikunjungi Banyak Wisatawan
MINGGU petang, 30 Maret 20l4, untuk kesekian kalinya saya mengeliling gunung Ile Boleng di Pulau Adonara, kabupaten Flores Timur (Flotim). Petang itu, bersama Pastor Paroki Hinga, Rm Donatus Plea, Pr kami keluar dari Pastoran Hinga dengan tujuan Pukaone di wilayah Kecamatan Ile Boleng untuk mengunjungi Pastor Paroki Pukaone, Rm Anton Prakum Keraf, Pr. Perkunjungan ini hanya sekedar bernostalgia bersama setelah tidak berjumlah sekitar 30-an tahun silam. - See more at: http://www.floresbangkit.com/2014/03/sebentar-lagi-pantai-lagaloe-bakal-dikunjungi-banyak-wisatawan/#sthash.aDM4IeXq.dpuf
Perjalanan dari Hinga menggunakan sepeda motor masing-masing menuju Redontena dan selanjutnya menuju Witihama kemudian ke wilayah Deri. Beberapa meniti kami berhenti di pinggir pelabuhan Feri, di Deri yang menurut rencana akan diresmikian oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya pada Rabu, 02 April 20l4 bersamaan dengan pelabuhan Waiwerang. Beberapa orang tua menahan kami untuk berhenti dan harus minum arak yang sedang mereka nikmati.
Dari pelabuhan Deri kami meneruskan perjalanan menuju Pukaona dengan melintasi daerah pantai di Lagaloe. Ada sejumlah orang sedang berada di lokasi wisata pantai itu memancing naluri jurnalistik saya untuk harus mampir sebentar di lokasi ini, Memang beberapa kali saya telah melintasi kawasan ini, namun sama seklai tidak berminat melihat dari dekat, apa sih yang ada di pantai Lagaloe ini.
Sepasang kekasih sedang memadu kasih di sebuah lopo, sementara belasan anak-anak dan orang muda serta orang tua sedang bermain di inggir pantai, sedangkan lainnya menikmati menikmati kebersamaan mereka di lopo lainnya. Lokasi pantai Lagaloe ini terletak di sekitar daerah perbatasan antara wilayah Kecamatan Witihama dan wilayah Kecamatan Ile Boleng.
Pantainya memang tidak seindah pantai Wato Tena dengan bentangan pasir putinya. Pantai Lagaloe berpasir hitam. Namun lokasi ini menjadi pilihan utama warga sekitar Witihama dan sekitarnya untuk datang berwisata di lokasi yang berhadapan langsung dengan pulau Lembata ini.
Para wisatawan yang dijumpai sore itu memang berasal dari Witihama dan sebagiannyanya dari Ile Boleng. Mereka nampaknya sangat menikmat panorama pantai Lagaloe yang indah ini, Mereka membawa bekal dari rumah, kemudian mereka makan bersama. Mandi di laut kemudian kembali membilas badan dengan air tawar dari sebuah sumur yang berada di lokasi itu. Ada sebuah bangunan permanen kecil di ujung timur lokasi wisata itu tediri dari dua kamar, satu untuk Kampar Wc dan satunya untuk tempat ganti pakaian.
“Kami hampir tiap minggu datang di pantai Lagaloe ini untuk bersenang-senang. Kami mandi di laut dan bermain-main disini hingga sore baru pulang rumah,” kata Yanto seorang pelajar SMP dari Witihama.
Yanto kelihatannya sangat gembira bertama teman-teman sebayanya. Mereka datang bersama orang tua dan saudara-saudaranya. Mereka biasanya datang pagi dengan membawa bekal dari rumah. Di pantai ini mereka mandi dilaut yang tenang, bemain bola dan saling berkejaran di pantai itu.
Lokasi wisata pantai Lagaloe ini baru dikelola pemerintah Kabupaten Flores Timur setelah kawasan pantai seluas sekitar ha itu dibeli oleh pemerintah dari pemilik lahan, Bapak Mikhael Kopong Kia, tahun 2000 lalu.
Seperti dikisahkan Mikhael Kopong Kia desa Dua Blolong Deri dalam percakapannya dengan FBC di lokasi Pantai Lagaloe mengakui, lokasi milikya itu diberikan kepada pemerintah Kabupaten Flores Timur melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabu[atn Flotim dengan uang siri pinang hanya sebesar Rp 7,5 juta yang direalisasikan bulan Oktober 200 lalu. Saat itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dipimpin Aloysius Kene Masan yang sudah purna tugas dan sempat menjadi Ketua KPU Flotim antar waktu 2009-20l4.
Kopong Kia mengakui, pemerintah Flotim hingga saat belum memenuhi janjinya untuk memberikan ganti rugi untuk aneka tanamam di atas lokasi itu. Perjanjian saat itu, pohon kelapa miliknya sekitar l00 pohon itu akan dihargai senilai Rp l00.000/pohon. Sementara tanaman jambut mete dan aneka tanaman lainnya di lokasi itu dijanjikan senilai Rp 50.000/pohon. Namun hingga saat ini, janji itu belum juga teralisir oleh pemerintah.
“Kami melakukan perjanjian saat itu. Saya ikhlas menyerahkan lahan saya itu hanya dengan uang siri pinang sebesar Rp 7,5 juta saja. Pohon kelapa dan pohon lainnya saat itu dijanjikan akan dibayar, namun sampai saat itu tidak ada realisasinya,” kata Kopong Kia didampingi istrinya di sekitar lokasi patai Lagaloe petang itu.
Kopong Kia berkisah, sebelum pemerintah Kabupaten Flotim mengelolah lokasi wisata ini, dia sendiri telah membangun tujuh pondok kecil atau lopo. Kemudian, seitar tahun 2005 lalu pemerintah merehabnya dengan bangunan lopo yang permanen juga sebanyak tujuh buah lopo di lokasi yang nsama.
Dia juga berkisah, sebelum dikelola pemerintah, dia sempat mengelola lokasi ini. Setiap pegunjung yang datang dia menagih biaya masuk bukan per orang, tetapi per kendaaan yang masuk ke lokasi itu. Kendaraan truk dipungutnya sebesar Rp 20.000/truk, pick up Rp l5.000 dan sepeda motor Rp 2.000/unit.
“Setiap minggu saya mendapat masukan sekitar Rp 300.000. Saya sendiri tidak tahu, berapa penghasilan yang diterima pemerintah dari obyek wisata yang satu ini, karena hampir tidak ada petugas yang ditugaskan di lokasi ini,” katanya.
Memang lokasi pantai Lagaloe ini termasuk salah satu lokasi wisata yang sangat indah, namun belum ditata secara professional sebagai salah satu obyek wisata yang bisa mendatangkan uang baik untuk pemerintah juga untuk warga sekitar lokasi ini.
Mengitari lokasi ini sekitar 15 menit, sungguh terlihat dengan jelas, kebersihan pantainya yang kurang terjaga, membuat keindahan yang tersisa seakan tenggelam dalam keindahan panorama alam lainnya yang tersebar hampir merata di pulau yang sebentar lagi akan menjadi kabupaten itu.
Perhatian pemerintah memang masih sangat kurang setelah “menguasai” lokasi ini sejak tahan 2000 lalu. Perhatian pemerintah juga masih sangat kecil untuk memenuhi janjinya kepada pemilik lahan, Mikhael Kopong Kia. Dia masih menunggu realisasi janji pemerintah tersebut.
Lokasi pariwisata ini akan menjadi salah satu pilihan menarik karena lokasinya relatif dekat dari Dermaga Ferry Sada, Deri yang sebentar lagi akan disinggahi kapal-kapal feri seusai diresmikan Gubernur NTT, Rabu 2 April 20l4. (Bonne Pukan)
Related Posts:
Pantai Laga Loe yang Sempat Ditinggalkan
Dukung Sail Komodo, Asita Bersihkan Lokasi Ketapang Satu
Ratusan Anak Padati Obyek Wisata Pantai Pede
Pantai Cepi Watu Masih Jadi Pilihan Warga untuk Berwisata
Ketika Pantai Wairterang Tak Lagi Menyeramkan
- See more at: http://www.floresbangkit.com/2014/03/sebentar-lagi-pantai-lagaloe-bakal-dikunjungi-banyak-wisatawan/#sthash.aDM4IeXq.dpuf
Ribuan Warga Tumpah di Sada Sambut Frenly
Sambut: Ribuan warga menyambut kedatangan Gubernur Fransiskus Lebu Raya dan Wakil Gubernur Benny Litelnoni di dermaga ferry Sada (Kopong Gana/Lomboktoday.co.id |
Adonara. Lombok today.co.id --Sekitar pukul 07.30 Wita, Jumat (9/8) Kapal Ferry KMP Ile Boleng yang mengantar pasangan gubernur NTT Fransiskus Lebu Raya dan wakil gubernur Benny Litelnoni menuju desa Watoone, Kecamatan Witihama, kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) merapat di dermaga Sada, perbatasan kecamatan Witihama dan Ile Boleng.
Friday, March 7, 2014
tvOneNews: Pelabuhan Adonara Ditarget Beroperasi Pada 2014 - Nusantara
tvOneNews: Pelabuhan Adonara Ditarget Beroperasi Pada 2014 - Nusantara
Semoga dengan adanya pelabuhan laut ini memberikan nilai tambah bagi masyarakat lokal dan semoga kehadiran dermaga baru ini memberikan kontribusi positif bagi tumbuh dan berkembangnya sektor ekonomi dan pariwisata di pulau Adonara
Semoga dengan adanya pelabuhan laut ini memberikan nilai tambah bagi masyarakat lokal dan semoga kehadiran dermaga baru ini memberikan kontribusi positif bagi tumbuh dan berkembangnya sektor ekonomi dan pariwisata di pulau Adonara
Thursday, December 12, 2013
Membelah Selat Boleng, Menantang Arus ‘Watowoko’
Membelah Selat Boleng, Menantang Arus ‘Watowoko’
Dengan menumpang perahu ‘ketinting’ perjalanan menuju Desa Boleng, sungguh menaikkan adrenalin.
TULISAN ini sebenarnya hanya sebuah refleksi dari perjalanan saya ke Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Senin (9/12/2013) lalu. Tepatnya hari Minggu siang sekitar pukul 13.30 wita, saya ditelepon oleh salah satu Redaktur FBC, Benyamin Tukan, yang mengabarkan tentang kematian sahabat Bernardus Kopong Gana (BKG), reporter FBC yang bermukim di Desa Wato Ona, Adonara.
Bung Ben, begitu Bung Benyamin Tukan akrab disapa, kala itu meminta saya untuk mewakili semua kru media floresbangkit.com melayat jenazah almarhum BKG. Permintaan itu segera saya sanggupi, dan berjanji untuk ke Adonara pada keesokan harinya, karena pelayaran Lewoleba-Adonara pada jam itu tidak ada.
Namun demikian, saya baru menyadari jika kapal penumpang untuk rute Senin pagi, jadwal keberangkatannya dari Pelabuhan Larantuka menuju Waiwerang Pulau Adonara dan berlanjut ke Lembata.
Lansekap Desa Boleng dari lautan. Foto: FBC/Yogi Making
Pelayaran pagi dari Pelabuhan Lewoleba dilayani oleh dua kapal cepat, yakni KM Ina Maria dan KM Fantasi. Itu pun dua kapal cepat ini tidak menyinggahi Pelabuhan Waiwerang. Dua kapal ini, hanya melayani pelayaran Larantuka-Lewoleba.
Tak Pupus
Kondisi sulit ini tidak membuat tekad saya untuk melayat jenazah sobat tercinta, Almarhum Bernardus Kopong Gana, pupus. Saya terus berusaha untuk bisa mendapatkan pelarayan ke Adonara.
Tak kehilangan akal, bersama seorang sahabat, kami lalu menuju Desa Waijarang, Kecamatan Nubatukan. Menurut informasi, dari Waijarang biasanya selalu ada perahu nelayan yang bisa disewakan menuju Desa Boleng, Kecamatan Ile Boleng, Adonara, Kabupaten Flores Timur.
Sekitar 20 menit lama perjalanan menuju Kampung Waijarang. Dan ternyata benar, di sana sudah ada nelayan yang sedang menunggu. Begitu tiba di pantai, kami langsung ditawari menumpang perahu bermesin ketinting ke Pantai Boleng, dengan ongkos angkut sebesar Rp. 150 ribu.
“Bisa muat dengan sepeda motor, biasanya orang bayar kami dengan Rp. 150 ribu, kalau mau kita jalan sekarang,” kata Syukur, lelaki yang saya taksir berumur sekitar 25 tahun itu.
Setelah sepakat dengan harga yang ditawarkan, sepeda motor kami langsung diusung ke dalam perahu mereka. Sepeda motor diletakkan paling tengah dari perahu dengan panjang kurang lebih 3 meter itu. Setelah memastikan posisi sepeda motor aman, kami lalu disuruh untuk naik ke perahu dan siap berlayar.
Mesin ketinting bermerk Donfeng lalu dihidupkan. Syukur tak lupa mengajak serta seorang sahabatnya, dengan maksud saat tiba di pantai tujuan, mereka bisa saling membantu menurunkan sepeda motor yang kami bawa.
Sebenarnya, pelayaran ini menjadi pelayaran perdana saya ke Adonara dengan menumpang perahu kecil seukuran perahu nelayan. Sungguh, pelayaran ini memacu adrenalin saya. Betapa tidak? Selat Boleng yang akan kami lewati, terkenal dengan arus yang kencang. Untuk kapal-kapal berukuran besar saja, terkadang sulit melewati selat yang terkenal dengan arus Watowokonya itu. Namun demikian, dua nelayan ini meyakinkan kami, kalau perjalanan kami akan aman.
Dengan perahu 'ketinting' membelah Selat Boleng. Foto: FBC/Yogi Making
“Aman bang, kami sudah biasa melintas, jadi kami bisa hitung arus. Kadang arus kencang saja kami pergi dan pulang aman-aman saja. Cuma setengah jam sudah sampai di Boleng,” ujar Syukur sang juru mudi.
Saat naik, kami berdua memang sengaja memilih tempat paling belakang. Selain luas, kami bisa lebih leluasa berceritera sepanjang perjalanan. Yah..setidaknya itulah aktivitas yang bisa kami lakukan di atas perahu super kecil untuk ukuran laut dengan arus yang kencang itu.
Syukur kepada kami menuturkan, perjalanan antar pulau untuk menjemput dan menghantar penumpang, sudah menjadi rutinas semua nelayan di Waijarang, terutama yang memiliki perahu bermotor. Jika lagi beruntung, penghasilan dari kerja sampingan itu bisa mencapai Rp. 300 ribu per hari.
Desa Indah
Tak terasa perjalanan kami semakin menjauh, Kampung Waijarang terlihat samar-samar. Saya sadar betul, jika kami sudah memasuki daerah dengan arus kencang, namun Syukur sang nelayan dan sahabatnya itu tampak santai. Goncangan perahu karena arus sudah dianggap biasa.
Jantung saya terasa berdebar semakin kencang. Dalam hati, saya hanya berdoa semoga kami aman dalam pelayaran, dan tiba dengan selamat ke tempat tujuan untuk bertemu jenazah sobat BKG.
Menit-demi menit kami lewati, walau diyakinkan akan aman dalam perjalanan, namun rasa was-was terus saja menghantui pikiran saya. Karena segala kemungkinan buruk, bisa terjadi kapan saja. Sehebat apapun, kita tentu tak mampu melawan kekuatan alam.
Waktu terus saja berputar, tak terasa kami sudah tiba di Pantai Boleng, pantai yang berhiaskan bebatuan hitam dan hanya sedikit pantainya yang berpasir, tempat kami melabuhkan perahu.
Desa Boleng, yang terkesan gersang ternyata sangat indah jika dipandang dari laut. rumah-rumah terusun rapi mengikuti arah kemiringan bukit. Setidaknya, sedikit keindahan Desa Boleng itu, bisa menghilangkan rasa was-was saya.
Dan ketika haluan perahu milik nelayan Syukur menyentuh pasir, dan kaki menginjak dasar laut, spontan saya berucap, “Tuhan, terima kasih. Engkau sudah menyelamatkan kami dalam perjalanan, dan mengizinkan kami melihat jenazah sobat BKG”. (*)
Penulis: Yogi Making
Editor: E. Pudjiachirusanto
Related Posts:
Kapal Motor Elhasar II Tenggelam Di Pelabuhan Lewoleba
Pelayaran Lembata ke Flores Timur Dihentikan Sementara
2 Nelayan Waijarang Menghilang Saat Melaut
Pantai Palo Larantuka, Alternatif Penyeberangan ke Pulau…
Berlayar dengan Feri, Pilihan Paling Tepat
- See more at: http://www.floresbangkit.com/2013/12/membelah-selat-boleng-menantang-arus-watowoko/#sthash.eKj6hAuj.dpuf
Dengan menumpang perahu ‘ketinting’ perjalanan menuju Desa Boleng, sungguh menaikkan adrenalin.
TULISAN ini sebenarnya hanya sebuah refleksi dari perjalanan saya ke Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Senin (9/12/2013) lalu. Tepatnya hari Minggu siang sekitar pukul 13.30 wita, saya ditelepon oleh salah satu Redaktur FBC, Benyamin Tukan, yang mengabarkan tentang kematian sahabat Bernardus Kopong Gana (BKG), reporter FBC yang bermukim di Desa Wato Ona, Adonara.
Bung Ben, begitu Bung Benyamin Tukan akrab disapa, kala itu meminta saya untuk mewakili semua kru media floresbangkit.com melayat jenazah almarhum BKG. Permintaan itu segera saya sanggupi, dan berjanji untuk ke Adonara pada keesokan harinya, karena pelayaran Lewoleba-Adonara pada jam itu tidak ada.
Namun demikian, saya baru menyadari jika kapal penumpang untuk rute Senin pagi, jadwal keberangkatannya dari Pelabuhan Larantuka menuju Waiwerang Pulau Adonara dan berlanjut ke Lembata.
Lansekap Desa Boleng dari lautan. Foto: FBC/Yogi Making
Pelayaran pagi dari Pelabuhan Lewoleba dilayani oleh dua kapal cepat, yakni KM Ina Maria dan KM Fantasi. Itu pun dua kapal cepat ini tidak menyinggahi Pelabuhan Waiwerang. Dua kapal ini, hanya melayani pelayaran Larantuka-Lewoleba.
Tak Pupus
Kondisi sulit ini tidak membuat tekad saya untuk melayat jenazah sobat tercinta, Almarhum Bernardus Kopong Gana, pupus. Saya terus berusaha untuk bisa mendapatkan pelarayan ke Adonara.
Tak kehilangan akal, bersama seorang sahabat, kami lalu menuju Desa Waijarang, Kecamatan Nubatukan. Menurut informasi, dari Waijarang biasanya selalu ada perahu nelayan yang bisa disewakan menuju Desa Boleng, Kecamatan Ile Boleng, Adonara, Kabupaten Flores Timur.
Sekitar 20 menit lama perjalanan menuju Kampung Waijarang. Dan ternyata benar, di sana sudah ada nelayan yang sedang menunggu. Begitu tiba di pantai, kami langsung ditawari menumpang perahu bermesin ketinting ke Pantai Boleng, dengan ongkos angkut sebesar Rp. 150 ribu.
“Bisa muat dengan sepeda motor, biasanya orang bayar kami dengan Rp. 150 ribu, kalau mau kita jalan sekarang,” kata Syukur, lelaki yang saya taksir berumur sekitar 25 tahun itu.
Setelah sepakat dengan harga yang ditawarkan, sepeda motor kami langsung diusung ke dalam perahu mereka. Sepeda motor diletakkan paling tengah dari perahu dengan panjang kurang lebih 3 meter itu. Setelah memastikan posisi sepeda motor aman, kami lalu disuruh untuk naik ke perahu dan siap berlayar.
Mesin ketinting bermerk Donfeng lalu dihidupkan. Syukur tak lupa mengajak serta seorang sahabatnya, dengan maksud saat tiba di pantai tujuan, mereka bisa saling membantu menurunkan sepeda motor yang kami bawa.
Sebenarnya, pelayaran ini menjadi pelayaran perdana saya ke Adonara dengan menumpang perahu kecil seukuran perahu nelayan. Sungguh, pelayaran ini memacu adrenalin saya. Betapa tidak? Selat Boleng yang akan kami lewati, terkenal dengan arus yang kencang. Untuk kapal-kapal berukuran besar saja, terkadang sulit melewati selat yang terkenal dengan arus Watowokonya itu. Namun demikian, dua nelayan ini meyakinkan kami, kalau perjalanan kami akan aman.
Dengan perahu 'ketinting' membelah Selat Boleng. Foto: FBC/Yogi Making
“Aman bang, kami sudah biasa melintas, jadi kami bisa hitung arus. Kadang arus kencang saja kami pergi dan pulang aman-aman saja. Cuma setengah jam sudah sampai di Boleng,” ujar Syukur sang juru mudi.
Saat naik, kami berdua memang sengaja memilih tempat paling belakang. Selain luas, kami bisa lebih leluasa berceritera sepanjang perjalanan. Yah..setidaknya itulah aktivitas yang bisa kami lakukan di atas perahu super kecil untuk ukuran laut dengan arus yang kencang itu.
Syukur kepada kami menuturkan, perjalanan antar pulau untuk menjemput dan menghantar penumpang, sudah menjadi rutinas semua nelayan di Waijarang, terutama yang memiliki perahu bermotor. Jika lagi beruntung, penghasilan dari kerja sampingan itu bisa mencapai Rp. 300 ribu per hari.
Desa Indah
Tak terasa perjalanan kami semakin menjauh, Kampung Waijarang terlihat samar-samar. Saya sadar betul, jika kami sudah memasuki daerah dengan arus kencang, namun Syukur sang nelayan dan sahabatnya itu tampak santai. Goncangan perahu karena arus sudah dianggap biasa.
Jantung saya terasa berdebar semakin kencang. Dalam hati, saya hanya berdoa semoga kami aman dalam pelayaran, dan tiba dengan selamat ke tempat tujuan untuk bertemu jenazah sobat BKG.
Menit-demi menit kami lewati, walau diyakinkan akan aman dalam perjalanan, namun rasa was-was terus saja menghantui pikiran saya. Karena segala kemungkinan buruk, bisa terjadi kapan saja. Sehebat apapun, kita tentu tak mampu melawan kekuatan alam.
Waktu terus saja berputar, tak terasa kami sudah tiba di Pantai Boleng, pantai yang berhiaskan bebatuan hitam dan hanya sedikit pantainya yang berpasir, tempat kami melabuhkan perahu.
Desa Boleng, yang terkesan gersang ternyata sangat indah jika dipandang dari laut. rumah-rumah terusun rapi mengikuti arah kemiringan bukit. Setidaknya, sedikit keindahan Desa Boleng itu, bisa menghilangkan rasa was-was saya.
Dan ketika haluan perahu milik nelayan Syukur menyentuh pasir, dan kaki menginjak dasar laut, spontan saya berucap, “Tuhan, terima kasih. Engkau sudah menyelamatkan kami dalam perjalanan, dan mengizinkan kami melihat jenazah sobat BKG”. (*)
Penulis: Yogi Making
Editor: E. Pudjiachirusanto
Related Posts:
Kapal Motor Elhasar II Tenggelam Di Pelabuhan Lewoleba
Pelayaran Lembata ke Flores Timur Dihentikan Sementara
2 Nelayan Waijarang Menghilang Saat Melaut
Pantai Palo Larantuka, Alternatif Penyeberangan ke Pulau…
Berlayar dengan Feri, Pilihan Paling Tepat
- See more at: http://www.floresbangkit.com/2013/12/membelah-selat-boleng-menantang-arus-watowoko/#sthash.eKj6hAuj.dpuf
Thursday, December 5, 2013
DENAH: DERMAGA SADA DI PULAU ADONARA
Wednesday, December 4, 2013
Pagi ini, Gubernur Dijadwalkan Tiba di Adonara
Pagi ini, Gubernur Dijadwalkan Tiba di Adonara
ADONARA, FBC-Pagi ini, Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan wakil Gubernur Benny Alexander Litelnony, bersama rombongan akan dijemput warga masyarakat khusususnya sejumlah besar warga di Kecamatan Witihama, di Dermaga Ferry Sada, sekitar tapal batas Kecamatan Witihama dan Kecamatan Ile Boleng, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Persiapan penjemputan itu sudah dilakukan beberapa hari sebelumnya. Namun jalur penjemputan mengalami beberapa perubahan tak disengaja.
Sebelumnya, 1 Agustus lalu, rapat panitia memutuskan akan menjemput Frenly (sebutan untuk Pasangan Frans Lebu Raya dan Benny Alexander Litelnony) di pintu masuk Kecamataan Witihama di Desa Lamablawa, dengan beberapa upacara yang sudah tersusun.
Frenly ketika dijemput warga Desa Watoone, di Kenapa One, Watoone, Kecamatan Witihama, beberapa waktu lalu, sebelum pelantikan. (Foto: FBC/kopong gana)
Namun kedatangan Frenly melalui Dermaga Sada mengubah banyak susunan acara. Hal ini sebagaimana yang diingatkan Ketua 1 Panitia Pelaksana Syukuran Pelantikan Fransiskus Rawa Gana, bahwa panitia hanya merancang namun tetap disesuaikan dengan protokoler gubernur. ‘’Saya beritahukan dari sekarang, supaya nanti kalau ada banyak perubahan atau ada acara yang terpaksa tak bisa jalan, kita jangan sampai kecewa,’’ tegas Rawa Gana waktu itu.
Adapun jalur penjemputan yang baru sesuai rencana terbaru, Frenly akan dijemput di Dermaga Sada pagi-pagi buta, kemudian dari Sada langsung menuju pintu gerbang Desa Watoone dan disambut sejumlah warga masyarakat dari berbagai desa se Kecamatan Witihama maupun daerah lain yang sudah ditentukan, dan juga disambut tarian Hedung. ‘’Langsung ke Desa Watoone, tak singgah-singgah lagi,’’ kata sumber dari keluarga. (bkg)
Related Posts:
Ribuan Warga Sambut Gubernur dan Wakil Gubernur
Gubernur Disambut Haru dan Bahagia di Gerbang Desa Watoone
Gubernur dan Wakil Gubernur Bertolak ke Kupang
Panitia Syukuran Mulai Dibentuk
Warga Watoone Sambut Kemenangan Frenly
- See more at: http://www.floresbangkit.com/2013/08/pagi-ini-gubernur-dijadwalkan-tiba-di-adonara/#sthash.YVB9jSmn.dpuf
ADONARA, FBC-Pagi ini, Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan wakil Gubernur Benny Alexander Litelnony, bersama rombongan akan dijemput warga masyarakat khusususnya sejumlah besar warga di Kecamatan Witihama, di Dermaga Ferry Sada, sekitar tapal batas Kecamatan Witihama dan Kecamatan Ile Boleng, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Persiapan penjemputan itu sudah dilakukan beberapa hari sebelumnya. Namun jalur penjemputan mengalami beberapa perubahan tak disengaja.
Sebelumnya, 1 Agustus lalu, rapat panitia memutuskan akan menjemput Frenly (sebutan untuk Pasangan Frans Lebu Raya dan Benny Alexander Litelnony) di pintu masuk Kecamataan Witihama di Desa Lamablawa, dengan beberapa upacara yang sudah tersusun.
Frenly ketika dijemput warga Desa Watoone, di Kenapa One, Watoone, Kecamatan Witihama, beberapa waktu lalu, sebelum pelantikan. (Foto: FBC/kopong gana)
Namun kedatangan Frenly melalui Dermaga Sada mengubah banyak susunan acara. Hal ini sebagaimana yang diingatkan Ketua 1 Panitia Pelaksana Syukuran Pelantikan Fransiskus Rawa Gana, bahwa panitia hanya merancang namun tetap disesuaikan dengan protokoler gubernur. ‘’Saya beritahukan dari sekarang, supaya nanti kalau ada banyak perubahan atau ada acara yang terpaksa tak bisa jalan, kita jangan sampai kecewa,’’ tegas Rawa Gana waktu itu.
Adapun jalur penjemputan yang baru sesuai rencana terbaru, Frenly akan dijemput di Dermaga Sada pagi-pagi buta, kemudian dari Sada langsung menuju pintu gerbang Desa Watoone dan disambut sejumlah warga masyarakat dari berbagai desa se Kecamatan Witihama maupun daerah lain yang sudah ditentukan, dan juga disambut tarian Hedung. ‘’Langsung ke Desa Watoone, tak singgah-singgah lagi,’’ kata sumber dari keluarga. (bkg)
Related Posts:
Ribuan Warga Sambut Gubernur dan Wakil Gubernur
Gubernur Disambut Haru dan Bahagia di Gerbang Desa Watoone
Gubernur dan Wakil Gubernur Bertolak ke Kupang
Panitia Syukuran Mulai Dibentuk
Warga Watoone Sambut Kemenangan Frenly
- See more at: http://www.floresbangkit.com/2013/08/pagi-ini-gubernur-dijadwalkan-tiba-di-adonara/#sthash.YVB9jSmn.dpuf
Ribuan Warga Sambut Gubernur dan Wakil Gubernur
Ribuan Warga Sambut Gubernur dan Wakil Gubernur
ADONARA, FBC- Tadi pagi, Jumat, (9/8), sekitar pukul 07.30 Wita , Ferry Ile Boleng yang mengantar Frenly menuju Desa Watoone, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), merapat di Dermaga Sada, perbatasan kecamatan Witihama dengan Ile Boleng.
Rombongan Gubernur Frans Lebu Raya dan Wakil Gubernur Benny Litelnoni beserta isteri dan keluarga, langsung disambut sejumlah pejabat di jajaran Pemerintah Kabupaten Flores Timur, termasuk Bupati Yoseph Lagadoni Herin beserta isteri.
Sementara itu, di gerbang menuju Dermaga Ferry Sada, ribuan masyarakat tumpah ruah memenuhi tempat itu. Mereka langsung menyerbu ke tengah dan berjabatan tangan dengan gubernur dan wakil gubernur setelah upacara penyambutan secara resmi dilakukan di tempat itu, baik warga dari Ile Boleng maupun Witihama.
Tak ada pengawalan terlampau ketat, meski terlihat banyak pula aparat berseragam yang dikerahkan mengamankan penjemputan itu.
Upacara penjemputan di dermaga baru ini dilaksanakan dalam suasana penuh kekeluargaan. Bahkan ibu-ibu dan bapak-bapak yang hari itu baru berangkat ke kebun dan menyaksikan keramaian, menahan langkah sebentar seraya menyapa penuh keakraban .
Debu beterbangan menutupi udara, namun semua itu tak mengurangi rasa bangga bercampur haru menyambut putra Lewo Tanah yang kini pulang ke kampung setelah pelantikan di Kota Kupang beberapa waktu lalu.
Rombongan langsung bergerak menuju Watoone, namun sempat tertahan di Desa Riang Duli. Inilah “budi adat” anak Lewo Tanah, saling tegur dan sapa satu sama lain.
Gubernur dan Wakil Gubernur diminta singgah sesaat sebelum meneruskan perjalanan ke Desa Watoone.
Setelah dikalungi selendang dari hasil tenunan warga setempat dan ritual adat yang tak berlangsung lama, rombongan meneruskan perjalanan menuju Desa Watoone, tempat akan dilangsungkannya ucapara syukuran pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT. (bkg)
Related Posts:
Gubernur Disambut Haru dan Bahagia di Gerbang Desa Watoone
Pagi ini, Gubernur Dijadwalkan Tiba di Adonara
Gubernur dan Wakil Gubernur Bertolak ke Kupang
Frans dan Benny Disambut Hangat di Tobi Puken
Besok Frenly Syukuran, Hari Ini Kantor Gubernur Terbakar
- See more at: http://www.floresbangkit.com/2013/08/ribuan-warga-sambut-gubernur-dan-wakil-gubernur/#sthash.cWAHigvF.dpuf
ADONARA, FBC- Tadi pagi, Jumat, (9/8), sekitar pukul 07.30 Wita , Ferry Ile Boleng yang mengantar Frenly menuju Desa Watoone, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), merapat di Dermaga Sada, perbatasan kecamatan Witihama dengan Ile Boleng.
Rombongan Gubernur Frans Lebu Raya dan Wakil Gubernur Benny Litelnoni beserta isteri dan keluarga, langsung disambut sejumlah pejabat di jajaran Pemerintah Kabupaten Flores Timur, termasuk Bupati Yoseph Lagadoni Herin beserta isteri.
Sementara itu, di gerbang menuju Dermaga Ferry Sada, ribuan masyarakat tumpah ruah memenuhi tempat itu. Mereka langsung menyerbu ke tengah dan berjabatan tangan dengan gubernur dan wakil gubernur setelah upacara penyambutan secara resmi dilakukan di tempat itu, baik warga dari Ile Boleng maupun Witihama.
Tak ada pengawalan terlampau ketat, meski terlihat banyak pula aparat berseragam yang dikerahkan mengamankan penjemputan itu.
Upacara penjemputan di dermaga baru ini dilaksanakan dalam suasana penuh kekeluargaan. Bahkan ibu-ibu dan bapak-bapak yang hari itu baru berangkat ke kebun dan menyaksikan keramaian, menahan langkah sebentar seraya menyapa penuh keakraban .
Debu beterbangan menutupi udara, namun semua itu tak mengurangi rasa bangga bercampur haru menyambut putra Lewo Tanah yang kini pulang ke kampung setelah pelantikan di Kota Kupang beberapa waktu lalu.
Rombongan langsung bergerak menuju Watoone, namun sempat tertahan di Desa Riang Duli. Inilah “budi adat” anak Lewo Tanah, saling tegur dan sapa satu sama lain.
Gubernur dan Wakil Gubernur diminta singgah sesaat sebelum meneruskan perjalanan ke Desa Watoone.
Setelah dikalungi selendang dari hasil tenunan warga setempat dan ritual adat yang tak berlangsung lama, rombongan meneruskan perjalanan menuju Desa Watoone, tempat akan dilangsungkannya ucapara syukuran pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT. (bkg)
Related Posts:
Gubernur Disambut Haru dan Bahagia di Gerbang Desa Watoone
Pagi ini, Gubernur Dijadwalkan Tiba di Adonara
Gubernur dan Wakil Gubernur Bertolak ke Kupang
Frans dan Benny Disambut Hangat di Tobi Puken
Besok Frenly Syukuran, Hari Ini Kantor Gubernur Terbakar
- See more at: http://www.floresbangkit.com/2013/08/ribuan-warga-sambut-gubernur-dan-wakil-gubernur/#sthash.cWAHigvF.dpuf
Subscribe to:
Posts (Atom)